bahan apa yang diperlukan dalam membuat notulensi
B. Indonesia
312n1
Pertanyaan
bahan apa yang diperlukan dalam membuat notulensi
1 Jawaban
-
1. Jawaban aswaja97
Kali ini saya akan mencoba berbagi pengalaman mengenai Notulen atau notulensi atau noteker.saya juga masih ragu mana yang bermakna pelaku, dan mana yang dilakukan antara ketiga kata tersebut.Tapi umumnya pelaku sering ditambahkan kata "er" di ujung kata. mungkin noteker adalah pelaku dan notulensi adalah hasilnya. Tapi di lingkungan saya sehari-hari, pelaku pencatatan sering disebut notulen. Well, kita batasi saja dalam pembahasan ini notulen berarti orang yang melakukan pencatatan dan notulensi adalah hasil catatan.
Notulen adalah orang yang melakukan pencatatan mengenai suatu rapat, seminar, workshop, pertemuan, pelatihan, dan sebagainya. Notulensi adalah hasil catatan atau laporan dari notulen. Pada umumnya, notulen mencatat semua yang dibicarakan oleh fasilitator/narasumber pada pertemuan. selain itu juga mencatat pertanyaan dan tanggapan jika ada diskusi. Notulensi nantinya akan dijadikan bahan laporan oleh lembaga terkait kepada donor atau menjadi bahan arsip bagi lembaga itu sendiri. Notulen umumnya freelance yaitu ia tidak bekerja tetap pada suatu lembaga, badan, atau instansi. Tapi ada juga lembaga yang menggunakan jasa stafnya sendiri untuk mencatat proses berjalannya suatu acara.
Untuk menjadi seorang notulen gampang-gampang susah. Memang, tidak diperlukan kuliah atau materi khusus mengenai tata cara membuat notulensi, karena ini merupakan keahlian yang bisa dipelajari secara otodidak. Ketika kita mengikuti sebuah seminar dan berperan sebagai notulen, kita harus mampu mendengar dengan baik apa yang dikatakan oleh fasilitator/narasumber, memahaminya, lalu menuliskannya secara bersamaan. Imagine! you have to do three things in one time. Well, let me explain:1. Mendengar: Saat fasilitator/narasumber atau siapapun yang berbicara, kita harus mendengar pembahasan mereka dengan baik untuk mencatatnya ke dalam notulensi2. Memahami: Saat fasilitator/narasumber berbicara, kita harus bisa memahami agar dapat menuliskannya dengan baik. Gak mungkin kan, kita nulis apa yang tidak kita pahami. Dalam hal ini kita harus berhati-hati. karena apa yang kita tulis nantinya akan dijadikan pertanggung jawaban atau arsip oleh lembaga yang mempercayakan kita menjadi notulen.3. Menulis/mengetik: kita harus mampu mengetik dengan cepat agar penjelasan dari narasumber dapat terekam sempurna ke dalam notulensi. Dalam hal ini saya juga masih belum bisa ngetik 10 jari, tapi speed saya ngetik lumayan. hihi..
Notulensi dibagi dalam 2 hal, yaitu:1. Notulensi Proses: Notulen dituntut untuk mencatat semua bagian dalam pelatihan, seminar, dsb. terkadang, orang batuk juga harus bisa digambarkan dalam notulensi. untuk membantu ini, biasanya saya menggunakan recorder agar semua terekam dalam notulensi.2, Notulensi Poin: Notulen hanya menuliskan poin penting dalam pelatihan, seminar, dsb.
Berbagi pengalaman, awal mula saya menjadi notulen adalah sejak mengikuti Bridging Leadership Program (BLP) yang dilaksanakan oleh Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB) bekerja sama dengan LEAD International. pada pelatihan ketiga, kami diberi materi mengenai Training of Trainer(TOT). Dalam TOT tsb peserta diberikan 3 fokus bidang yang diperlukan untuk sebuah pelatihan, yaitu: Fasilitator, Logistik, dan Notulen. Menyadari bahwa saya tidak cukup bagus untuk dalam memberikan pemahaman kepada orang lain(fasilitator), dan sering ceroboh untuk ditempatkan di logistik, maka saya mengambil fokus bidang notulen. Tidak ada materi baku dalam notulensi, saya langsung praktek menjadi notulen hari itu juga. setelah mencatat proses pelatihan, hasil notulensi saya diperiksa oleh seorang notulen senior, dan ia mengatakan hasil saya cukup bagus. kemudian saya mulai berani mengibarkan sayap di kancah notulen (bahasanya euy).
Seiring berjalannya waktu, saya sering dipanggil untuk menjadi notulens. Hal yang paling senang saya lakukan adalah menjadi notulen. selain tidak melelahkan, incomenya juga oke. Income notulen ini juga yang menjadikan saya mandiri dan bisa membiayai kuliah pada beberapa semester akhir. Menjadi seorang notulen tidak terikat, sangat sepadan dengan jiwa saya yang suka kebebasan. saya bosan dengan rutinitas. Keterampilan notulensi dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif peluang buat teman-teman untuk belajar menjadi notulen dan mendapat income. Menjadi notulen juga sangat menguntungkan karena kita bisa menambah wawasan dari setiap pelatihan, seminar, dsb.