B. Indonesia

Pertanyaan

tolong kak dituliskan peningkatan konfliknya dari novel pertemuan buah hati

1 Jawaban

  • Namun, pada hari keempat, Bu Suci, yang telah mempunyai sepasang putra, memperoleh keterangan bahwa salah seorang muridnya, Waskito belum juga masuk kelas. Ia heran, sebab semua murid yang sekelas dengan Waskito tak satu pun yang mengetahui mengapa murid itu belum juga masuk kelas. Ternyata, di nkalangan teman-temannya, Waskito dikenal sebagai murid bengal. Begitu pula guru-guru menyebutnya sebagai murid yang nakal, murid yang sering membuat kekacauan.
    Itulah yang dihadapi oleh Bu Suci. Ia bertekad untuk mengembalikan Waskito menjadi murid yang wajar. Bersamaan dengan itu, masalah lain datang pula. Itu menyangkut anaknya sendiri. Si bungsu ternyata mengidap penyakit ayan. Itu berarti pula perhatian khusus harus diberikan demi kesembuhan anak keduanya itu. Dengan demikian, dua masalah sekaligus datang menimpa Bu Suci. Saat itu terbesit keraguaannya dalam menyelesaikan masalah ini. Sebagai ibu ia tidak ingin masa depan anaknya suram, dan sebagai guru, ia juga berharap agar semua muridnya menjadi anak yang baik, anak yang berguna bagi sesama.
    Pernah terlintas dalam pikiran Bu Suci untuk lebih perhatian pada anaknya sendiri; “Sepintas lalu, tentu saja aku mementingkan anakku daripada muridku. Tetapi benarkah sikap itu?” (PDH, 2009: 46). Di lain pihak, ia juga menyadari profesinya sebagai guru; sebagai (orang tua bagi murid-muridnya. Maka, keputusan Bu Suci adalah tidak memilih salah satu dari persoalan itu, melainkan memilih keduanya, “anak dan murid”. Bukan anak atau murid. “Ya, akhirnya itulah yang harus kupilih: kedua-duanya” (PDH, 2009: 47).
    Sementara Bu Suci terus memperhatikan anak bungsunya, ia berusaha mencari keterangan perihal latar belakang kehidupan Waskito. Dari sejumlah informasi, akhir-akhirnya ia menyimpulkan bahwa kenakalan Waskito sesungguhnya adalah semacam konpensasi anak yang merasa kurang mendapat perhatian kedua orang tuanya.“Jelas anak-anak lain tidak akan memandang hal itu sebagai satu masalah. Namun, bagi Waskito, yang sedari kecil merasa ditolak, tidak diperhatikan, hal itu merupakan beban yang menganjal di hatinya” (PDH: 2009, 52).
    Kesimpulan tersebut telah memperkuat tekad Bu Suci untuk mengembalikan Waskito menjadi murid yang wajar, sama seperti murid yang lain. Waskito pada mulanya menanggapi secara baik. Murid-murid lainnya juga mulai menerima Waskito sebagaimana biasanya hubungan sesama murid.

    moga bermamfaat...

Pertanyaan Lainnya