Anekdot pencuri sandal di curi juga

Pada suatu siang Abu Lutfan cemas hatinya, dia melihat sendal yang ia pakai sudah kusut dan hampir putus. Lalu dia memutuskan untuk ikut sholat dhuhur di masjid sekitar dengan harapan pulangnya nanti ia bisa tukar sendal yang lebih baik.
Ia masuk masjid dengan senyum-senyum dan ambil urutan jamaah paling belakang dan dekat pintu. Supaya nanti ketika sholat sudah usai, ia bisa segera keluar dan memilih sendal.

Assalamu 'alaikum wr wb 2 kali toleh kanan toleh kiri. Hal itu menjadi penanda bahwa sholat jamaah telah usai. Dia mengamati sekitar. Ternyata jamaah sholat masih melanjutkan berdzikir dan khusu' berdoa, segera saja ia memutuskan untuk keluar meninggalkan masjid. Dia merasa situasi sedang aman, dan akhirnya ia beranjak untuk melangkahkan kaki keluar.
Siang itu dia berhasil mendapat sendal impiannya dan sendal butunya ia tinggalkan begitu saja.
Menuju parkiran, ia masih senyum-senyum karena ia berhasil melancarkan aksinya. Namun, sesampainya di parkiran masjid. Betapa kagetnya Abu Luthfan mendapati bahwa sepeda pancal miliknya tidak ada di situ. Sontak ia mencari-cari kebingungan.
Ia pun memutuskan untuk bertanya kepada para jamaah yang juga memakirkan sepedanya di situ. Orang-orang berhamburan keluar menuju parkiran, ada salah seorang dari mereka yang gelisah mendapati sendal mahalnya tidak ada dan malah mendapat sendal butut.
Abu Lutfan yang semula berniat untuk bertanya keberadaan sepedanya akhirnya malah ketahuan bahwa ia telah mencuri sendal milik salahsatu jamaah.
Urusan satu belum selesai malah bertambah lagi urusan lainnya. Mungkin ia begitu panik, karena kaget sepedanya tidak ada. Sehingga ia tidak berfikir kalau nantinya ia akan ketahuan bahwa sendal yang ia pakai adalah hasil nyomot yang barusan ia lakukan beberapa menit yang lalu.

Dari kisah di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa perbuatan buruk yang kita lakukan bisa menerima balasan yang lebih besar tanpa di sangka sangka.